Malam Takbir Mencekam, Kisah Anggota BAIS TNI di Tengah Kepungan Pemberontak Fretilin di Timor-Timur
PEMATANG SIANTAR, iNewsSiantar.id - Dalam syahdu malam takbir, bayang-bayang orang tua yang telah tiada hadir dalam benak kami.
ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّٰهُ وَٱللَّٰهُ أَكْبَرُ ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلَّٰهِ ٱلْحَمْدُ
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa ilaaha illallaahu wallaahu Akbar, Allahu Akbar wa lillaahil hamd".
Kalimat takbir membawa penulis kembali ke masa lalu, mengingat bagaimana ayahanda Amran Hilba Siregar, kelahiran Pematang Siantar,1942 silam, berjuang dalam Operasi Militer Seroja di Timor Timor, saat wilayah tersebut masih terintegrasi dengan NKRI.
Di antara tahun 1980 dan 1981, dia bertugas sebagai anggota Badan Intelijen Startegis (BAIS) TNI menerima perintah untuk menjalankan tugas di Timor-Timor, yang kini telah menjadi negara Timor Leste setelah memisahkan diri dari NKRI.
Penulis, yang saat itu berusia 8 tahun dan murid kelas 2 SD, tinggal bersama ibu dan tiga adiknya di sebuah Kompleks Militer di kawasan Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
Sementara malam takbir tahun 1980 dirayakan umat Islam dengan takbir, sukacita, dan kebersamaan keluarga serta tetangga, ayahanda menghadapinya dengan cara yang berbeda.
Alih-alih berada di tengah keluarga menikmati hidangan malam takbir, ia justru harus bertaruh nyawa dan berjuang untuk selamat dari kepungan pemberontak Fretilin di Timor-Timur saat masih NKRI
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait