Mereka juga menyuntikkan versi standar sekretoglobin dan sekretoglobin berbeda yang biasanya ditemukan di paru-paru ke tikus dan membuat hewan pengerat tersebut terkena bakteri. Tikus yang disuntik dengan secretoglobin paru-paru mengembangkan penyakit Lyme, namun tikus yang diberi versi standar SCGB1D2 tidak mengalami penyakit tersebut, bahkan setelah satu bulan para peneliti mengamati mereka untuk mencari tanda-tanda infeksi.
Penemuan gen ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemahaman para ilmuwan tentang penyakit Lyme, kata Janis Weis, seorang profesor di Departemen Patologi di Universitas Utah di Salt Lake City, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Secara umum, banyak sekretoglobin yang melapisi paru-paru dan organ lain serta berperan dalam respon imun tubuh.
Mengungkap peran SCGB1D2 pada penyakit Lyme mungkin membantu para peneliti mendapatkan wawasan tentang kondisi tersebut, menjawab pertanyaan mengapa sekitar 5% hingga 10% dari mereka yang terinfeksi tidak merespons pengobatan dengan baik dan dapat mengembangkan masalah kesehatan jangka panjang.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta