DAIRI, iNews.id - Pupuk menjadi faktor produksi yang krusial bagi petani. Hal ini dikarenakan pupuk berfungsi sebagai pasokan nutrisi utama agar pertumbuhan tanaman bisa optimal, sehingga, hasil panennya juga maksimal.
Namun, saat ini pupuk subsidi jumlahnya terbatas. Tercatat alokasi pupuk subsidi tahun 2022 ini hanya sekitar 37-42 persen dari total kebutuhan petani di Indonesia.
Di sisi lain, harga pupuk nonsubsidi juga dirasa mahal. Akibatnya, tentu saja akan menambah pengeluaran produksi bagi petani.
Kondisi ini pun membuat para petani untuk mencari alternatif lain, seperti menggunakan pupuk organik.
Seperti yang dilakukan oleh petani asal Kabupaten Dairi, Sumatera Utara yang terhimpun ke dalam Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA) bernama Duat Sihombing. Dirinya mengatakan dahulu orangtuanya di kampung tidak mengenal pupuk kimia. Mereka bertani hanya menggunakan kompos dari kotoran ternak ditambah dengan jerami sisa panen padi.
"Mereka punya konsep pertanian sinur napinahan gabe na niuka, horas jolma atau pertanian yang terintegrasi antara pertanian dan peternakan. Artinya, setiap petani punya ternak sebagai sumber pupuk dari kotoran ternak yang mereka pelihara. Jadi, sebenarnya kita memiliki potensi baik tanaman atau dedaunan dan kotoran ternak yang bisa diolah sebagai pupuk alternatif," ujar Duat, Minggu (22/5/2022).
Selanjutnya, kata Duat, meski tidak mudah, ketergantungan terhadap pupuk subsidi atau kimia pun sebenarnya bisa dikurangi. Asalkan pupuk organik harus mulai menjadi pilihan utama dan peran dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini.
"Untuk mendorong konsep pertanian ini karena memang dibutuhkan infrastruktur berupa teknologi tepat guna, seperti mesin pencacah rumput misalnya untuk memudahkan pembuatan pupuk organik dan pestisida," kata kordinator PPODA ini.
Tak hanya itu, lanjut Duat, hal penting selanjutnya adalah meyakinkan petani bahwa bertani konsep organik tersebut mempunyai peluang yang sangat baik. Menurutnya selama ini terdapat sebuah stigma yang membuat kepercayaan diri para petani hilang. Mereka tidak yakin bahwa tanamannya akan tumbuh dengan baik jika tidak terdapat pupuk urea di dalam tanah tersebut.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait