MAPUTO, iNewsDeliRaya.id - Singa dan buaya ganas dan buas menerkan anggota ISIS dengan cara brutal dan mengerikan. Peristiwa tersebut terjadi di Mozambik dan anggota ISIS tersebut disiksa sampai mati dan dimakan oleh singa liar serta buaya.
Pasukan pro-pemerintah Mozambik diketahui terlibat konflik dengan kelompok pemberontak yang terkait dengan ISIS di Cabo Delgado.
Konflik keduanya adalah tentang cadangan gas multi dolar di wilayah itu.
Dilabeli sebagai ISIS Mozambik oleh Amerika Serikat (AS), kelompok pemberontak telah membunuh dan membakar rumah-rumah di Cabo Delgado sebelum dibunuh oleh hewan liar.
Menurut pasukan Mozambik empat anggota kelompok ekstrimis yang terlibat dalam perekrutan dan radikalisasi telah ditangkap.
Komandan polisi setempat, Bernardino Rafael, mengatakan bahwa beberapa teroris diserang oleh binatang buas sementara yang lain meninggal setelah terkena tembakan.
"Beberapa dari mereka meninggal karena terkena peluru dari pasukan kami dan lainnya karena serangan hewan seperti ular, kerbau, singa dan bahkan buaya," katanya, seperti dilaporkan The Times yang dinukil Daily Star, Senin (2/10/2022).
"Mereka sekarat karena luka tembak. Banyak dari mereka (terluka) oleh senjata kami. Tetapi bahkan hewan juga berkontribusi pada kematian pemberontak Islam," ia menambahkan. Lebih lanjut dia menyatakan bahwa penduduk akan menguburkan beberapa ekstrimis yang telah tewas sementara yang lain tubuhnya dimakan oleh hewan.
Cadangan gas alam cair (LNG) senilai miliaran dolar yang dimiliki Cabo Delgado telah menyebabkan meningkatnya kekerasan sejak 2017. Pertempuran yang telah diderita daerah itu menandakan UE telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan memberikan lebih banyak dukungan kepada misi militer Afrika untuk mengurangi ketergantungan mereka pada gas Rusia.
Setidaknya ada 24 negara yang telah mengirim tentara untuk membantu Mozambik yang memiliki tentara yang terlibat dalam operasi penjaga perdamaian karena kematian di Cabo Delgado terus meningkat.
Kematian di wilayah tersebut telah melampaui 4.000 sementara hampir satu juta orang telah mengungsi dari rumah mereka karena konflik.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait