JAKARTA, iNewsSiantar.id - Surat Al Alaq ayat 1-5 lebih dikenal dengan nama Surat Iqra diturunkan lima ayat pertama terlebih dahulu. Surat ini adalah surat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam.
Setelah lima ayat diturunkan tadi, kemudian diturunkan ayat lainnya dari surat Al Alaq berkenaan dengan Abu Jahl. Demikian dijelaskan oleh Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, 20:75.
Surat Al Alaq secara keseluruhan mempunyai 19 ayat dan surat tersebut adalah masuk golongan surat Makkiyyah.
Adapun bunyi Surat Al Alaq ayat 1-5 yakni Allah Ta’ala berfirman,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
Surat ini adalah yang pertama kali turun kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Surat tersebut turun di awal-awal kenabian, yaitu saat beliau diangkat menjadi nabi. Ketika itu beliau tidak tahu tulis menulis dan tidak mengerti tentang iman.
Lantas Jibril datang dengan membawa risalah atau wahyu. Lalu Jibril memerintahkan nabi untuk membacanya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan. Beliau berkata,
مَا أَنَا بِقَارِئٍ
“Aku tidak bisa membaca.” (HR. Bukhari, no. 3). Beliau terus mengatakan seperti itu sampai akhirnya beliau membacanya. Kemudian turunlah ayat,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan.” Yang dimaksud menciptakan di sini adalah menciptakan makhluk secara umum. Tetapi yang dimaksudkan secara khusus di sini adalah manusia. Manusia diciptakan dari segumpal darah sebagaimana disebut dalam ayat selanjutnya,
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
Manusia tidak hanya diciptakan saja, namun ia juga diperintah dan dilarang. Untuk menjelaskan perintah dan larangan tersebut diutuslah Rasul dan diturunkanlah Al-Kitab (Al-Qur’an). Oleh karena itu, setelah menceritakan perintah untuk membaca disebutkan mengenai penciptaan manusia.
Setelah itu, Allah memerintahkan,
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
“Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah.” Disebutkan bahwa Allah memiliki sifat pemurah yang luas dan karunianya yang besar kepada makhluk-Nya.
Al-akram sendiri bermakna memberi tanpa meminta atau menunggu balasan. Disebutkan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir Juz ‘Amma, 2:428.
Di antara bentuk karunia Allah kepada manusia–kata Syaikh As-Sa’di rahimahullah–adalah Dia mengajarkan ilmu kepada manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat selanjutnya,
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Mengajarkan ilmu dengan qalam meliputi tiga hal: (1) memikirkan, (2) mengajarkan lafal Al-Qur’an, (3) mengajarkan cara menulisnya. Lihat At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir Juz ‘Amma, 2:430.
Kata Syaikh As-Sa’di rahimahullah, “Manusia dikeluarkan dari perut ibunya ketika lahir tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah menjadikan baginya penglihatan dan pendengaran serta hati sebagai jalan untuk mendapatkan ilmu.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 976).
Allah mengajarkan kepada manusia Al-Qur’an dan mengajarkan kepadanya hikmah, yaitu ilmu. Allah mengajarkannya dengan qalam (pena) yang bisa membuat ilmunya semakin lekat.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait