"Tapi engkau Ibu pernah tak jujur kepadaku. Ketika aku sedang sakit, engkau selalu duduk di tepi tempat tidurku sampai tengah malam. Ketika ditanya, "Apa Ibu tidak mengantuk? Tidak capek?" tanyaku. "Tidak nak, saya tidak capek", jawabmu sambil mengompres dahiku dengan handuk hangat, padahal saya tahu engkau capek dan mengantuk," katanya.
Mahfud lewat tulisannya juga bercerita ketika dia akan melanjutkan sekolah ke kota, sang Ibunda menjual perhiasan, gelang dan kalungmu, untuk biaya sekolah dan kostnua. "Engkau bilang, "Ini untuk biaya sekolahmu, rajinlah belajar, jangan lupa salatmu"."
"Selamat jalan Ibu, kami tak akan terlalu lama menangisi kepergianmu tetapi kami akan terus mengenangmu dan berdoa untuk kebaikanmu di sana. Salam kepada ayahku, abah Mahmudin yang sudah lama menunggumu di sana. Anakmu (Mahfud MD)," tutupnya.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar