Selama masa menjabat ini, dia mengaku begitu menikmati perannya memberikan pelayanan ke masyarakat, sehingga tak merasa terbebani. Apalagi pengalamannya selama menjadi perangkat desa selama enam tahun, membuatnya paham akan karakter warga dan bagaimana cara melayaninya.
"Dulunya pernah jadi perangkat desa di usia 21 tahun, saya menjadi pendamping beberapa program, jadi masyarakat sudah familiar dengan saya. Saya berkecimpung di desa sudah cukup lama dulunya, saya terus bekerja ke masyarakat, membuktikan kepada masyarakat bahwa bekerja melayani masyarakat," katanya.
Dia pun membiasakan diri untuk mendengarkan keluhan - keluhan masyarakat dengan mengajak berdiskusi. Dimana menurutnya, komunikasi secara kekeluargaan menjadi kunci dari interaksi dengan warganya, yang didominasi bermatapencaharian sebagai petani.
"Saya sering turun, saya ajak masyarakat berdiskusi, mungkin akan menjadi satu kesatuan antara Pemdes dan masyarakat, menjadi satu pemikiran itu akan memajukan Desa Senggreng menjadi sejahtera. Jadi sebagian besar petani mereka ikut juga antusias kerjasamanya dengan desa," terangnya.
Apalagi kini berkat program Pelayanan Cepat Tanpa Meninggalkan Kerjoan (Pecel Tempe Mendoan) dalam pelayanan administrasi kependudukan (Adminduk) yang dicetuskan Rendyta, Desa Senggreng mampu menorehkan prestasi dan sejumlah apresiasi dari Bupati Malang, Gubernur Jawa Timur, hingga Kepala Ombudsman Republik Indonesia.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta