JAKARTA, iNewsSiantar.id - Sniper Kostrad TNI AD Peltu Tatang Koswara pernah membuat kocar-kacir pasukan pemberontak Fretillin di kawasan Remexico, Timor-Timur pada 1977.
Tatang Koswara lahir pada 16 Desember 1946 di Cibaduyut, Bandung. Legenda Sniper Indonesia wafat pada 3 Maret 2015 di Jakarta Selatan.
Tatang Koswara masuk daftar 14 sniper terbaik di dunia.
Tatang sebelum bertempur di Timor-Timur berlatih sniper dan kursus anti-teror yang diselenggarakan oleh personel Green Berets di Batujajar, Bandung.
Tatang pertama kali menembak mati target saat bertempur di Lautern. Salah satu misinya tempur Tatang yang menghasilkan kill hingga 49 orang adalah ketika menghadang pasukan Fretillin di kawasan Remexico pada tahun 1977 lalu.
Tatang juga telah membekali diri dengan senapan Winchseter M-70, peredam suara dan 50 butir peluru kaliber 7,62 mm.
Sesuai doktrin pelatih Green Berets, setiap sniper yang bertugas perang diperintahkan membawa 50 peluru. Sebanyak 49 peluru untuk musuh, sedangkan satu peluru yang tersisa untuk snipernya.
"Lebih baik seorang sniper mati bunuh diri daripada tertangkap musuh. Dengan misi tempur one way ticket itu," kata Tatang dalam buku Satu Peluru Satu Musuh Jatuh karya A Winardi yang dikutip, Sabtu (22/10/2022).
Prajurit Kopassus Letnan Ginting yang pernah mengawal Tatang dalam pertempuran mengakui kehebatan pria asal Cibaduyut Bandung ini.
Ginting menyaksikan Tatang menembak kepala musuh dari jarak 300 hingga 600 meter. Kekaguman Ginting kemampuan menembak Tatang dilaporkan kepada Kolonel Edi Sudrajat yang saat itu menjabat Dansatgassus.
"Kamu benar-benar gila," kata Edi kepada Tatang.
Tatang juga mahir melacak jejak. Khusus korban yang ditembak di kepala biasanya darah yang berceceran di tanah ada campuran warna putih karena berasal dari cairan otak.
Sedangkan jika darah berwarna merah dan jumlahnya banyak biasanya korban terkena tembakan di bagian dada.
Tatang Koswara buka hanya mempersiapkan diri dengan kemahiran menembak serta perlengkapan senjatanya yang canggih.
Dia juga menyiapkan sepatu khusus yang tak pernah diajarkan dalam pendidikan militer atau kursus Green Berets di Batujajar.
Sebelum berangkat ke medan tempur, Tatang Koswara membuat sepatu dengan alas terbalik. Kebetulan keluarga besar Tatang perajin sepatu di Cibaduyut, Bandung.
Tatang Koswara sengaja membuat sepatu alas terbaik dengan tujuan mengelabui pasukan musuh yang berpatroli.
Berkat pemahaman pembuatan sepatu, alas terbalik buatan Tatang bisa digunakan dengan nyaman.
"Alas terbalik terbukti efektif. Pernah saya dikejar-kejar lima personel pasukan musuh tapi mereka berhasil saya kecoh. Saya cukup melompat dan bersembunyi di semak, sementara para pengejar saya berlari-lari menuju arah yang berlawanan," kata Tatang.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar