JAKARTA, iNewsSiantar.id - Transplantasi atau cangkok jantung babi ke manusia dilakukan oleh para dokter dari University of Maryland Medical Center pada September 2023 lalu. Hal ini dilakukan lantaran dalam upaya upaya memperpanjang hidup seorang pria sekarat.
Lantas bagaimana pandangan para dokter di Indonesia? Di mana anggota tubuh dari babi sendiri masih menjadi perdebatan untuk ditransplantasikan ke manusia.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr Erta Priadi, SpJP, FIHA, menjelaskan terkait dengan prosedur transplantasi jantung babi ke manusia tersebut pada dasarnya masih bersifat percobaan. Maka masih ditemukan beberapa masalah dari proses pencangkokan itu, misalnya risiko penggumpalan darah pada pasien.
"Sepenuhnya belum dapat diaplikasikan secara normal. Itu sifatnya masih trial," katanya dalam konferensi pers secara virtual pada Senin (25/9/2023).
Menurutnya, memodifikasi gen pada babi yang terjadi penolakan oleh sistem kekebalan tubuh masih bisa dicegah. Akan tetapi mengingat banyaknya risiko yang akan dialami seperti penggumpalan darah pada pasien cangkok, maka pencangkokan itu belum bisa dibenarkan sepenuhnya.
Lebih lanjut, dikarenakan organ(babi) yang digunakan sejak Awal tidak didesain untuk manusia, maka ada risiko lainnya yang berkaitan dengan masalah -masalah yang nantinya akan terjadi pada pasien penerima cangkok jantung.
Risiko yang akan dialami di antaranya perbedaan tekanan darah membuat penerima cangkok susah menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Kemudian karena ada juga perbedaan variabilitas tekanan darah, lalu menimbulkan di mana seseorang menjadi sulit untuk bisa beraktivitas sehari-hari dengan normal.
"Ini mungkin masih perlu ditindaklanjuti ke depannya. Jadi bukan hanya masalah penolakan yang harus kita atasin. Tapi juga ada masal," pungkasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta