JAKARTA, iNewsSiantar.id - Sebelum menjadi mualaf, Arnita Rodelina Turnip benar-benar tidak menyukai Islam. Tapi siapa menyangka begitu hidayah datang kepadanya maka berbalik Anita merasakan tadi benci kini menyintai Islam.
Hidayah Allah Ta'ala itu turun saat Anita menjalani masa kuliahnya di IPB Bogor, Jawa Barat.
"Saya itu mualaf dalam kurun waktu satu minggu betul, tapi prosesnya tidak instan," kata mualaf cantik Arnita, dikutip dari kanal YouTube Rukun Indonesia, Rabu (21/9/2022).
Islam bukanlah hal baru bagi Arnita sebab ibunya dahulu merupakan seorang Muslim, sebelum akhirnya berganti agama saat menikah dengan ayah Arnita.
Sejak dulu Arnita terbiasa hidup berdampingan dengan keluarga yang beragama Islam. Namun bukan berarti dirinya tidak membenci agama ini.
Lantaran mengenyam pendidikan di sekolah keagamaan, Arnita terbiasa mendapat ajaran untuk mencintai agama itu seutuhnya.
"Jadi saya benci banget sama namanya Islam. Karena, kayak apa sih ribet lima kali doa, ngapain, mempersulit," kata Arnita.
Pada suatu hari ia mendapat beasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB). Jauh-jauh dari Medan, Arnita pun rela merantau ke Kota Bogor di Jawa Barat. Di sana dirinya dipersatukan dengan seorang teman Muslim dalam satu kamar asrama.
Teman Arnita benar-benar penganut Islam yang taat. Dia rajin melakukan ibadah sholat malam dan tadarus Alquran.
Namun, hal itu seringkali mengganggu Arnita. Wanita cantik asal Medan ini merasa terusik dengan suara lantunan ayat-ayat suci Alquran.
"Bisa enggak baca dalam hati aja! Kata dia, enggak bisa. Kalau baca Quran itu memang harus dilafalkan, jadi tahu mana yang salah dan benar," kenang Arnita.
Mendengar jawaban itu, Arnita pun berang. Beberapa waktu kemudian dirinya membalas perilaku membaca Alquran temannya dengan melakukan ibadah serupa disertai suara lantang.
Pertengkaran antara mereka akhirnya pecah. Mau tidak mau pihak pengurus asrama harus memisahkannya.
Lewat pertengkaran itu, Arnita mulai mencari tahu tentang Islam. Dia menemukan sebuah video dari Ustadz Dr Zakir Naik tentang kebenaran ajaran agama Islam.
"Dia (Ustadz Dr Zakir Naik) bilang Islam itu lebih benar dari ajaran agama tertentu (agama Arnita, red)," ujarnya.
Emosi Arnita makin menjadi-jadi saat mendengar pernyataan ini. Tapi hal itu malah membuatnya makin melihat berbagai konten dakwah islam lainnya.
Suatu hari tibalah saat di mana dia masuk ke kelas mata kuliah agama. Arnita melupakan rasa penasaran tentang agamanya yang membuat bingung, salah satunya terkait makanan haram dan minuman beralkohol.
"Kak kita di chapter ini bilang kita tidak boleh makananan haram dan minum-minuman yang mamambukkan, tapi kenapa kita minum dan makan babi?" tanya Arnita.
Sejak dulu Arnita heran mengapa acara keagamaannya dulu harus meminum anggur merah. Namun, semua kebingungan itu tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari kakak pengajar.
Arnita mulai mencari tahu sendiri seperti apa agama Islam. Mulai dari video Ustadz Abdul Somad, Dr Zakir Naik, maupun membedah kitab miliknya.
Setelah pengetahuan tentang Islam makin banyak dan menemukan kebenaran di dalamnya, Arnita nekat menyambangi masjid. Padahal kala itu Arnita masih mengenakan pakaian minim.
"Dengan pedenya saya pakai rok pendek datang ke masjid, 'Ustadz, saya ingin masuk Islam'," tuturnya.
Kabar ini menyebar begitu cepat, bahkan sampai telinga para senior dari daerah asalnya. Mereka berusaha mencegah niat Arnita untuk masuk Islam.
"Akhirnya saya dipanggil sama kakak-kakak tingkat. Saya dibawa ke kontrakan kakak tingkat dengan harapan tidak jadi ikrar (syahadat)," kata Arnita.
Serangkaian upaya digencarkan oleh kakak-kakak kelas Arnita. Misalnya, membacakan ayat-ayat kitabnya. Namun semua itu sia-sia, niat Arnita memeluk Islam sudah sangat bulat. Ia akhirnya dilepaskan, namun tetap diharapkan batal menjadi mualaf.
Arnita terus berdoa kepada Tuhan sebelum bersyahadat. Dirinya meminta agar diberi bencana jika memang tidak ditakdirkan masuk Islam.
Tapi pada akhirnya syahadat berjalan lancar, dan Arnita pun resmi menjadi seorang muslimah.
Wallahu a'lam bisshawab.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta